Sabtu, 29 Mei 2010

BULAN


Bulan Adalah Satelit Bumi. Jarak antara titik pusat Bulan dan titik pusat Bumi kira-kira 384.403 km. Jarak tersebut akan relatif sama dari mulai Bulan terbit sampai terbenam. Karena jarak Bumi dan Bulan relatif sama maka diameter Bulan akan selalu terlihat sama.

Memang sebenarnya jarak Bumi dan Bulan tidak tetap karena lintasan Bulan tidak benar-benar berupa lingkaran, tetapi perubahan ukuran Bulan karena hal tersebut tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Sebenarnya ukuran Bulan selalu sama, hanya saja kita kadang-kadang melihatnya seolah-olah lebih besar.

Biasanya Bulan terlihat lebih besar ketika terbit atau terbenam. Hal tersebut terjadi karena ketika terbit atau terbenam, posisi Bulan terlihat sejajar dengan permukaan Bumi, sehingga kita dapat membandingkan ukuran Bulan dengan rumah, gedung, dan benda-benda lain yang ada di permukaan Bumi.

Pemandangan tersebut yang membuat Bulan seolah-olah terlihat lebih besar. Kita dapat membuktikan kalau ukuran Bulan tidak berubah dengan mengukur diameter Bulan yang kita lohat ketika terbit dan setalahnya, ternyata diameternya tidak berubah.

Kedipan Bintang di Malam Hari


RIBUAN bintang akan terus berkedip, saat kita menyaksikan pemandangan langit di malam hari. Namun sebenarnya, kedipan cahaya yang dihasilkan bintang-bintang itu merupakan cahaya yang konstan.

Cahaya bintang yang sampai ke mata kita menempuh perjalanan melaui ruang hampa dan menembus atmosfir Bumi. Atmosfir terdiri dari udara yang memiliki indeks bias yang besarnya berbeda-beda tergantung dari kepadatannya

Dengan adanya pergerakan udara di atmosfer, maka cahaya dari bintang yang sampai ke mata kita harus menembus udara dengan indeks bias yang berbeda-beda. Oleh karenanya, cahaya bintang terlihat berkedip.

Bintang yang berada pada garis horizontal harus melewati lapisan atmosfir lebih jauh daripada bintang yang tepat berada di atas kita, sehingga akan terlihat lebih berkedip.

Jumat, 28 Mei 2010

BERLAYAR DI ANGKASA


Berlayar kok di luar angkasa? Bagaimana caranya? Apakah di luar angkasa yang sepi dan gelap itu ada cukup angin yang dapat mengembangkan layar seperti angin laut yang mengembangkan layar dan mengarahkan kapal-kapal laut? Nah, di sinilah kunci utamanya! Menurut fisika, berlayar di luar angkasa tidak mustahil! Tetapi konsep yang digunakan berbeda dengan konsep berlayar menggunakan kapal laut. Di luar angkasa yang luas itu, ‘kapal layar’ tidak mengembang dan meluncur dengan bantuan angin. Ada sesuatu yang lain yang membantu pelayaran di dunia asing ini.

Satu perbedaan utama terletak pada layar yang digunakan. Kapal laut selalu menggunakan layar yang terbuat dari bahan kain yang cukup kuat untuk menerima terpaan angin selama berlayar. ‘Kapal layar luar angkasa’ justru menggunakan layar yang terbuat dari cermin! Kapal yang mengambang di ruang angkasa ini sama sekali tidak tergantung dari angin, tetapi justru sangat tergantung oleh cahaya yang dipancarkan oleh matahari. Karena itulah layar ini mendapat julukan solar sail (solar = matahari, sail = layar). Mau tahu cara kerja solar sail?

Ada tiga hal yang sangat dibutuhkan supaya pesawat luar angkasa yang menggunakan solar sail bisa mengarungi jagad raya dengan mulus. Yang pertama dan yang paling utama adalah sinar matahari. Yang kedua adalah cermin yang sangat besar (luasnya bisa sebesar luas lapangan sepak bola!) tetapi sangat tipis. Yang ketiga adalah roket yang bisa digunakan untuk melemparkan pesawat ke orbit di luar angkasa. Sesudah diluncurkan dan berhasil keluar dari atmosfer bumi, roket ini dilepaskan sehingga pesawat bisa melayang sendiri dengan layarnya
yang unik. Layar ini adalah cermin yang sangat luas tadi. Di luar angkasa, cahaya matahari dapat menyerbu cermin itu.

Posisi dan arah solar sail terhadap sinar matahari sangat mempengaruhi kecepatan dan pergerakannya di luar angkasa. Karena matahari tidak pernah berhenti bersinar, pasokan energi bagi pesawat pun semakin lama semakin banyak. Pesawat ini tidak membutuhkan bahan bakar karena bahan bakarnya adalah sinar matahari yang terus-menerus mendorongnya di luar angkasa. Semakin lama diserbu oleh sinar matahari (semakin banyak tekanan yang diterima cermin) semakin besar pula percepatan (dorongan) yang dihasilkan. Itulah sebabnya cermin yang digunakan sebagai layar harus berukuran super besar.

Pesawat luar angkasa masa depan yang dilengkapi solar sail ini akan menjadi mata bagi kita yang ingin mengintip jagad raya ini. Pesawat ini akan dilengkapi dengan berbagai kamera, peralatan elektronika, alat komunikasi, dan komputer yang sangat canggih sehingga dapat merekam dan melaporkan hasil intipannya itu kembali ke bumi. Para peneliti yang terus memantau perjalanan
pesawat ini pun dapat ikut menikmati semua yang berhasil direkam oleh kamera-kamera tadi sepanjang perjalanan pesawat menembus galaksi, tanpa perlu khawatir bahwa pesawat akan kehabisan energi.

PERANG DI LUAR ANGKASA


Ini bukan seperti perang bintang yang digambarkan dalam film legendaris Star Wars. Perang ini terjadi di luar angkasa dalam upaya mencegah terjadinya perang di bumi ini. Bagaimana caranya? Seperti apa perang yang terjadi di luar angkasa ini? Perang ini adalah Perang Teknologi!

Laser kimia misalnya, merupakan senjata yang memanfaatkan sinar laser yang dihasilkan dari pencampuran beberapa bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan bisa bermacam-macam. Yang saat ini menjadi favorit para peneliti adalah Hidrogen Fluorida (HF), Deuterium Fluorida (DF), dan Chemical Oxygen Iodine Laser (COIL).

Lalu Particle beams, merupakan senjata yang bisa menembakkan partikelpartikel subatomik (dengan cara mempercepat elektron dan proton, atau atomatom hidrogen) pada kecepatan yang sangat tinggi, bahkan mendekati kecepatan cahaya. Karena kecepatannya mendekati kecepatan cahaya, target yang sedang meluncur cepat pun dapat ditembak dengan cukup mudah. Senjata ini pun dapat menghasilkan energi yang jauh lebih besar dari senjata laser sehingga dapat dapat
menghancurkan targetnya dengan lebih sempurna.

Dan senjata yang terakhir adalah pesawat luar angkasa yang khusus dirancang untuk keperluan militer. Model yang digunakan untuk pesawat ini adalah desain pesawat X-33 yang kecil dan lincah.

Korelasinya adalah kita memerlukan suatu bahan yang ringan yang dapat dikirim ke luar angkasa sebagai stasiun penghasil energi. Bahan yang ringan ini harus cukup kuat untuk menjadi sumber tenaga di luar angkasa. Bahan lightweight inilah yang sedang gencar dikembangkan dalam berbagai penelitian nanoteknologi.

Nanoteknologi merupakan teknologi yang mengutak-atik atom-atom dan molekul-molekul dalam ukuran nano (1 nanometer = 1/1.000.000.000 meter). Dengan nanoteknologi, kita nantinya bisa menyusun atom-atom atau molekulmolekul supaya berbaris sesuai dengan keinginan kita, tanpa ada satu pun atom atau molekul yang ‘nyasar’ atau berada di tempat yang salah. Ketepatan inilah yang menyebabkan tingginya kualitas materi-materi yang didesain pada skala nano (nanoscale designed materials).

Materi-materi berkualitas tinggi ini sering disebut smart materials karena biasanya dirancang khusus untuk keperluan tertentu. Materi yang dibutuhkan untuk sumber tenaga di luar angkasa merupakan salah satu smart material yang dirancang khusus sehingga materi ini dapat bertahan pada kondisi lingkungan di luar angkasa yang sangat berbeda dengan kondisi atmosfer bumi. Materi yang hebat ini dapat dibuat sangat tipis karena tidak ada atom atau molekul pengotor yang ‘nyasar’ seperti halnya pada berbagai materi yang dihasilkan oleh teknologi makro. Karena tipis (mungkin hanya satu lapis atom saja) materi ini pun menjadi sangat ringan. Ringan tetapi kuat dan hebat!

KEAJAIBAN MATAHARI


Matahari adalah unit terbesar dari sistem tata surya kita. Matahari sangatlah panas dan mengandung gas yang selalu terbakar. Di permukaannya selalu terjadi ledakan bagaikan jutaan bom atom yang dijatuhkan tiap waktu. Ledakan ini menghasilkan lidah api raksasa yang ukurannya 40 atau 50 kali lebih besar dari bumi kita.

Matahari seperti bola api raksasa yang memberikan panas dan cahaya yang sangat besar dari permukaannya. Ruang angkasa, bagaimanapun, gelap gulita. Bumi kita adalah salah satu bagian yang indah dari kegelapan mutlak itu. Dan, tidak ada unit lain selain matahari di tata surya kita yang mampu menyinari dan menghangatkan bumi kita. Apabila bukan dari matahari, maka akan terjadi malam selama-lamanya, dan setiap daerah akan terselimuti es. Kehidupan dengan begitu akan mustahil, dan kita pun tidak akan ada.

Panas yang diberikan matahari akan sangat tinggi selama musim panas. Namun, matahari jaraknya jutaan kilometer dari bumi, dan hanya 0,2 persen dari panasnya yang benar-benar mencapai bumi. Sejak suhu di bumi bisa sangat tinggi, meskipun matahari letaknya begitu jauh, bagaimana dengan suhu matahari itu sendiri?

Temperatur di permukaan matahari adalah 6.000 derajat Celcius, dan 12 juta derajat Celsius di dalamnya.

Allah telah menciptakan jarak yang sempurna antara bumi dan matahari. Apabila jarak matahari lebih dekat dengan kita, maka semua yang ada di bumi akan menguap dan terbakar. Begitu juga, apabila jaraknya lebih jauh dari saat ini, maka semua daerah akan tertutupi es. Dengan begitu, tentu saja, kehidupan akan mustahil.

Daerah kutub, daerah yang mendapatkan panas paling sedikit dari matahari, secara permanen diselimuti oleh es, sedangkan daerah ekuator, yang mendapatkan lebih banyak panas, selalu panas. Namun, perbedaan suhu antara kutub dan ekuator ini yang menyebabkan terciptanya iklim moderat di bumi secara keseluruhan, dan iklim inilah yang menyokong terwujudnya kehidupan. Hal tersebut adalah salah satu tanda dari tidak terhitungnya bukti cinta Allah kepada manusia.

Bila matahari lebih besar atau lebih kecil, lebih jauh ataupun lebih dekat dengan bumi, maka sangat tidak mungkin terjadi kehidupan di planet kita.

Bagaimanapun juga, Allah menciptakan matahari, bumi dan sistem tata surya dengan sedemikian teraturnya agar kita dapat hidup dengan nyaman. Di ayat lain dalam Al-Qur’an tertera bagaimana matahari dan bulan selalu bergerak sesuai perintah Allah :

“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu, dan bintang-bintang dikendalikan dengan perintahNya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang mengerti.” (Q.S.An-Nahl (16):12)

Sepucuk Kata

Dengan ini saya harap anda mendapat informasi yang bermanfaat untuk anda..

Selamat Membaca....